Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filsafat: Coba-coba

 Mantap

Media sosial ibarat tempat jualan. Jika orang ingin membeli barang-barang menarik, makanan ringan, minuman bersoda, dan pelbagai barang mainan, orang pasti ke toko, plaza atau mall. Di sana, makanan, minuman, mainan dan barang-barang dipajangkan dengan bergaya dengan tujuan untuk menarik pembelinya. Namun, apakah semua barang-barang itu benar-benar penting untuk hidup? Ada yang penting, namun sebagian besar barang mungkin tidak begitu dibutuhkan, atau hanya berhubungan dengan hiburan sesaat. Ada juga barang menarik, namun berbahaya untuk kesehatan.

Lalu, apa barang yang benar-benar penting bagi hidup? Untuk makanan pokok, misalnya, anda butuh beras. Untuk bangunan, orang butuh semen. Namun, barang-barang tersebut tidak ditemukan di mall atau plaza (ada juga tentunya), namun sebagian besar di gudang toko, pasar tradisional, atau di gudang logistik (dalam jumlah besar). Namun, tempat-tempat ini jauh dari kata menarik. Tempat ini tidak mencoba untuk menarik pembeli, dan banyak juga yang mungkin tidak akan ke sana kalau tidak benar-benar perlu, namun tempat tersebut penting dan berguna.


Demikianpun media sosial sebagian besar berisi pajangan menarik tentang perjalanan, makanan, rumah mewah, persaingan politik, yang membangkitkan rasa ingin tahu dan memacu adrenalin. Apakah semuanya penting? Sedikit sekali yang sungguh-sungguh berguna. Kalau kita menginginkan kebijaksanaan sejati, kita mungkin perlu menutup media sosial, dan berpaling pada buku berdebu, atau buku-buku digital yang tidak dibaca oleh sebagian besar orang. Jika ada yang cukup nekad bicara tentang hal-hal yang cukup serius di media sosial, maka tentu tidak akan pernah dibaca, atau tidak populer.


Namun, tetap bahwa ada orang yang mungkin membutuhkan hal-hal yang serius, yang walau banal, namun tetap penting dan prinsipil. Ada orang yang butuh bukan terutama hal-hal yang tampak keren dalam kriteria masyarakat konsumeristis, namun hal-hal biasa dan dasariah dalam kriteria filosofis. Tiap barang ada pembelinya, demikianpun tiap penulis ada pembaca potensialnya.


Karena itu, saya ingin menulis hal-hal yang mungkin tidak populer, tidak berhubungan langsung dengan gegap gempita situasi politik, namun sedikit serius dan prinsipil. Bagi sebagian orang tentu membosankan, bagi sebagian lain mungkin sebagai alternatif, namun bagi saya sendiri sebagai ruang mengingat, ruang belajar, sekaligus ruang promosi prinsip-prinsip dasar filsafat, religiusitas, pendidikan atau kebudayaan.


Pada akhirnya, menulis hal-hal menarik yang menjadi perhatian semua orang, sekaligus menyentuh insting kesenangan spontan manusia tentu sudah sedemikian banyak. Saya hanya ingin menulis hal-hal yang jarang orang perhatikan, atau mungkin tidak pernah diperhatikan, yang mungkin dianggap tidak menarik dan tidak relevan, namun bersifat dasariah dan sebenarnya serius bagi kemanusiaan. Niat yang percaya diri (khas anak muda), tapi sering tenaga lemah lunglai. Tapi tidak ada salahnya “coba-coba.”

Posting Komentar untuk "Filsafat: Coba-coba"